Selasa, 12 September 2017

Menyembuhkan Rohingya Lewat Sepakbola PEACE !!!

Bagi seorang Ismail, generasi kedua dari pengungsi Rohingya, bermain sepak bola adalah obat manjur untuk membunuh kesedihannya atas kekerasan yang menerpa etnisnya tersebut. 


Pemuda berusia 24 tahun itu lahir di Cox's Bazar, daerah di ujung selatan Bangladesh. Sebuah kamp bobrok yang mesti ia tempati setelah orangtuanya melarikan diri dari masyarakat Myanmar.
"Ketika saya bermain bola, semua kesedihan dan marah ini pergi menjauh begitu saja," katanya sambil tersenyum. Namun Ismail mengakui, luka itu hanya pergi sesaat lalu kembali. 
Ismail bersama kawan-kawannya bersukacita dalam permainan sepakbola di sebuah dataran tinggi sambil sesekali menikmati pemandangan luas dari kamp dengan gubuk yang dikotori lumpur dan dihiasi dengan selokan terbuka. 
Mereka di sana menjulukinya dengan kamp pengungsian Kutupalong. Sambil pergi melupa pada rasa sakit atas kekerasan yang dihadapi oleh sebagian besar keluarga mereka, Ismail bermain diantara desingan bunyi klakson dari jalan raya yang tak jauh dari sana. 
Kehadiran sepak bola ditengah mereka diharapkan mampu membantu para pemain dan penonton agar terhibur meski hanya beberapa jam saja. 
Pria itu bernama Mohammed Farouque. Salah seorang pengungsi yang tergerak untuk mendirikan klub sepakbola Rohinggya di Malaysia. Negeri jiran itu menjadi salah satu destinasi bagi para pencari suaka etnis Rohingya. 
Farouque mengatakan bahwa pemuda etnis Rohingya dilarang untuk bermain sepakbola di Myanmar. Membuat sebuah kompetisi menjadi hal yang mustahil bagi mereka yang berasal dari etnis tersebut. 
Di Malaysia dan Bangladesh, kebanyakan masyarakat Rohingya tak memiliki kewarganegaraan. Namun bukan berarti mereka tak mampu bergabung dalam kompetisi sepakbola. 

"Sepakbola menjadi salah satu dari sejumlah kebebasan yang pantas mereka dapatkan," ujar Farouque. 
Di Bangladesh, terdapat 16 tim, dengan delapan tim tak resmi, dan delapan tim resmi. Mereka berkesempatan untuk terlibat dalam laga bergaya Piala Dunia. 
"Tim Ismail mengalahkan kami beberapa waktu lalu karena mereka telah memiliki sepatu, sedangkan kami tidak," ujar Ziabur Rohaman yang melarikan diri dari Myanmar bersama istri dan tiga orang anaknya. "Mereka mendapatkan sepatu itu dari UNHCR, dan sebagian besar anggota tim kami tak pakai sepatu."
Ismail sendiri dengan bangga mengenang kemenangan yang pernah diraihnya ketika tim Kutupalong berhasil mengalahkan Nayapara dengan skor 3-0. Nayapara merupakan kamp pengungsian yang jaraknya 50 mil dari Kutupalong. 
Pemuda itu berhasil menyarangkan satu gol dalam laga tersebut. "Tim saya memilih saya sebagai orang yang pantas dalam tim ini," ujar Ismail bangga sambil dikelilingi oleh remaja yang tengan terkagum-kagum padanya. 
Berdasarkan laporan the New York Times, kebanyakan orang yang tinggal di kamp telah menjadi bagian dari tragedi tersebut. Ismail menjadi salah satu yang harus merasakan hal menyedihkan itu. 
Pamannya terbunuh oleh tentara Myanmar, hingga tragedi tersebut yang memaksa bibinya beserta beberapa sepupunya harus bergabung bersama Ismail di Bangladesh.
sumber indosport.com

Tantangan Messi Jebol Gawang Buffon, BARCA vs JUVE


BARCELONA — Juventus mulai menjadi musuh familiar Barcelona setelah dua tim ini saling dipertemukan tiga kali dalam kurun waktu tiga musim terbaru.
Barcelona memiliki memori manis saat dipertemukan dengan tim raksasa Italia tersebut pada final Liga Champions 2015. Blaugrana, julukan Barcelona, menang dengan skor 3-1 pada partai puncak Liga Champions di Olimpiastadion Berlin.
Namun dua tahun kemudian, giliran Barcelona yang dibuat malu. Luis Suarez cs. dicukur 0-3 di markas Juventus pada leg pertama perempat final Liga Champions, 12 April 2017 lalu. Mereka hanya bermain dengan skor kacamata pada leg kedua di Camp Nou sepekan kemudian.
Barcelona kembali berjodoh dengan Juventus pada fase grup Liga Champions 2017/2018. Tim yang mulai musim ini ditangani Ernesto Valverde tersebut tergabung dengan Juventus, Olimpiakos, dan Sporting Lisbon pada Grup D. Hanya selang lima bulan sejak skor 0-0 di Camp Nou, Barcelona akan kembali menjamu Juventus di markas kebesaran mereka itu, Rabu (13/9/2017) pukul 01.45 WIB.
Megabintang Barcelona, Lionel Messi, sudah menunjukkan sinyal ancaman setelah mencetak hattrick ke gawang Espanyol di Liga Spanyol, Minggu (10/9/2017) dini hari WIB. Messiah, julukan Messi, sendiri masih dibuat penasaran untuk menjebol gawang kiper Gianluigi Buffon.
Sejauh ini, pemain kelahiran Rosario, Argentina, tersebut belum pernah mencetak gol ke gawang Buffon, baik di level klub maupun tim nasional. Termasuk saat final Liga Champions dua tahun silam. Messi tentu berharap kutukan itu bisa berakhir di Camp Nou, Rabu dini hari WIB nanti.
Musim ini, Messi mengoleksi enam gol di semua kompetisi bersama Barcelona. Tiga gol di antaranya tercipta pada Derby Catalan, akhir pekan lalu. La Pulga tidak lagi memiliki Neymar sebagai rekan lini depan bersama Luis Suarez. Tapi, Ousmane Dembele siap menggantikan peran Neymar sebagai pelayan baru di lini depan raksasa Catalan.
Pemain yang diboyong dari Borussia Dortmund berbanderol 105 juta euro (Rp1,6 triliun) itu langsung membuktikannya pada debutnya bersama Barcelona saat melawan Espanyol. Dia mencetak assist atas gol kelima Barcelona yang dilesakkan Suarez.
“Saya sangat senang, agak aneh bisa berada di sisi pemain-pemain terbaik di dunia. Ini kemenangan yang bagus dan saya merasakan banyak emosi. Saya telah mewujudkan mimpi,” jelas Dembele, seperti dilansir sport.es, Senin (11/9).
Pekerjaan Messi cs. untuk membongkar pertahanan baja Juventus akan lebih mudah. Mereka bisa memanfaatkan absennya duo gelandang bertahan Juventus, Sami Khedira dan Claudio Marchisio, yang masih berjuang memulihkan cedera masing-masing.
Barcelona semakin mendapat angin segar karena Juventus juga akan kehilangan bek tengah mereka, Giorgio Chiellini, yang dibekap cedera paha. Padahal, Juventus tak lagi memiliki Leonardo Bonucci yang hengkang ke AC Milan musim ini. Praktis hanya Andrea Barzagli, anggota trio bek BBC Juventus yang tersisa di Camp Nou nanti.
“Khedira dan Marchisio sudah pasti absen. Khedira baru kembali dari tugas internasional [dengan Jerman], dia mengalami cedera lutut dan perlu istirahat beberapa hari,” urai Manajer Juventus, Massimiliano Allegri, seperti dikutip goal.com.
Di lini serang, Juventus juga kehilangan Juan Cuadrado yang terkensa sanksi. Tapi, barisan depan Bianconeri, julukan Juventus, masih tergolong aman. Allegri memiliki Paulo Dybala, Gonzalo Higuain, dan Mario Mandzukic untuk meneror pertahanan Barcelona.
Dybala memiliki rekor yang lumayan apik kontra raksasa Catalan. Tandem Messi di Timnas Argentina itu dua kali menjebol gawang Barcelona. Serangan Juventus juga akan semakin lengkap karena full-back Alex Sandro dipastikan bisa kembali turun ke lapangan. Sandro bisa membantu serangan Juventus dari sayap untuk menggedor pertahanan Barca yang dikawal Gerard Pique cs.

sumber ucnews.com

Senin, 28 Agustus 2017

Transfer-Transfer Terbaik di Serie A Musim ini


Arkadiusz Milik
Usaha Napoli mendatangkan Arkadiusz Milik dengan banderol €31 juta pada transfer musim panas lalu tak sia-sia. Eks pemain Ajax Amsterdam itu tampil sangat mengesankan dalam sembilan pertandingan perdana dengan membukukan tujuh gol dari sembilan penampilan.
Tujuh gol yang dicetak oleh Milik sendiri masing-masing dibuatnya ketika berhadapan dengan AC Milan (dua gol), Dynamo Kiev (dua gol), Bologna (dua gol) dan Benfica (satu gol).
Sayangnya, sebelum mengarungi musim lebih jauh di 2016, pemain 22 tahun terpaksa absen lantaran cedera ACL yang ia terima ketika jeda internasional di awal bulan Oktober lalu. Hal tersebut sangat disayangkan, pasalnya Milik adalah proyeksi Maurizio Sarri guna menggantikan posisi Gonzalo Higuain yang hijrah ke rival mereka, Juventus.


Absennya rekan setim Robert Lewandowski itu benar-benar membuat lini depan Partenopei – julukan Napoli kelimpungan. Pelapis sang pemain, Manuel Gabbiadini, pun sejauh ini masih belum bisa menjawab ekspektasi penggemar.
Gonzalo Higuain
Eks pemain Napoli benar-benar tidak ingin mengecewakan publik Turin yang sudah menggantungkan harapan besar di pundaknya. Datang dengan mahar yang tinggi hingga menyentuh angka €94 juta atau sekitar Rp 1,36 Triliun, Higuain berhasil menjawabnya dengan deretan gol yang diinginkan.
Hingga memasuki tahun 2017, pemilik nomor punggung sembilan itu sudah membukukan total 12 gol dari 17 laga. Tak hanya itu, pria 29 tahun tersebut kerap menjadi pemecah kebuntuan saat tim arahan Massimiliano Allegri benar-benar membutuhkan gol di laga-laga penting.

Di Serie A, jumlah 10 gol Higuain sukses menempatkan dirinya di peringkat kelima dalam daftar pencetak gol terbanyak kompetisi.

Antonio Candreva
Inter Milan beruntung mendapatkan pemain cemerlang dan cerdas seperti Antonio Candreva. Meski tak lagi muda, namun permainannya di atas lapangan benar-benar memberikan warna baru bagi klub kota Milan tersebut.
Tak peduli baik atau buruknya penampilan I Nerazurri, mantan pemain vital Lazio tersebut terus menampilkan performa yang stabil. Tak ayal jika hingga kini ia sudah mengoleksi lima gol serta lima assist.

Selain itu, banderol sebesar kurang lebih €25 juta sepertinya tidak membuat Inter merugi, karena Candreva memiliki kemampuan yang mumpuni untuk ditempatkan di berbagai posisi. Di antaranya, gelandang serang, penyerang, sayap dan gelandang bertahan.

Tak ayal meski kursi kepelatihan beralih dari Frank de Boer ke Stefano Pioli, ia tetap menjadi pilihan utama.


Ciro Immobile
Sempat gagal total di Jerman bersama Borussia Dortmund dan tampil kurang memuaskan di Sevilla dengan hanya mencetak empat gol dari 15 pertandingan tak membuat Lazio ragu untuk mendaratkan Ciro Immobile ke Olimpico. Top skorer Serie A musim 2013-14 tersebut dibeli dengan mahar €9 juta.
Kembalinya ke Italia ternyata membuat penyerang 26 tahun itu menemukan bentuk permainan terbaik. Immobile sukses menjadi pencetak gol terbanyak keenam di pentas Serie A dengan torehan sembilan gol dari 19 penampilan di semua kompetisi.

Hingga detik ini, eks Torino itu tetap menjadi pilihan utama Simone Inzaghi dalam starting line-up Gli Aquilotti.

MIRALEM PJANIC
Tak bisa dipungkiri jika pada musim panas lalu, Juventus menjadi klub yang paling getol mendatangkan pemain-pemain berkualitas. Setelah Gonzalo Higuain, Medhi Benatia dan beberapa nama beken lain mendarat di Turin, Giuseppe Marotta melanjutkan perburuannya dengan membeli Miralem Pjanic dari AS Roma.
Banderol yang cukup tinggi, yakni €36 juta, dinilai pantas setelah apa yang ditampilkan gelandang serang asal Bosnia tersebut bersama Giallorossi sebelumnya. Hal itu pun sukses dibuktikan oleh Pjanic sejauh ini.
Tampil sebanyak 22 kali bersama Bianconerri, pemain 26 tahun itu sukses membukukan enam gol dan enam assist. Tidak berbeda dengan performanya di Serie A, Pjanic juga menawarkan penampilan apik kala ia dan klubnya berlaga di ajang Eropa.


Selain berhasil mempertahankan puncak klasemen, Juventus juga sukses dibawanya lolos ke babak 16 besar Liga Champions musim ini.

BACA JUGA >> 5 PEMAIN YANG AKAN DIBOYONG KE MANCHESTER UNITED

BRAVO SEPAKBOLA

SURVEY SEPAKBOLA TRADER Pemain Sepakbola Terbaik Dunia

Cristiano Ronaldo masih memiliki rasa percaya diri yang tidak tergoyahkan apapun. 
Buktinya adalah ketika ia menggambarkan tahun di mana banyak pihak menganggap akan semakin menurun sebagai “tahun terbaik dalam hidup saya.”. Dan tentu saja, ia memiliki semua amunisi yang ia butuhkan saat meninggalkan 2016 ini dengan gelar Liga Champions, Piala Eropa dengan Portugal, dan kontrak baru selama lima tahun di Real Madrid – semuanya sudah diamankan di Casa Ronnie.
Level rekor yang masih terus ia pecahkan juga luar biasa. Tahun ini, ia mencapai total 500 gol di klub, dan menyamai rekor Gerd Muller dan Robbie Keane dengan catatan 68 gol di level internasional saat menciptakan dua gol untuk Portugal di bulan November saat menang atas Latvia.

JANGAN DI KLIK : UEFA-beri-penghargaan-individu-terbaru

Namun tidak ada yang membantah bahwa Ronaldo terlihat menua, dan berubah. Ini adalah hal yang sudah muncul belakangan ini, di mana badannya akhirnya mulai harus membayar kerja keras yang ia paksakan selama satu dekade terakhir. Portugal menahan napas menjelang Piala Eropa 2016 saat muncul keraguan atas kebugarannya di musim semi kemarin (di mana ia tidak tampil di leg pertama semifinal Liga Champions menghadapi Manchester City), mengembalikan memori buruk di Piala Dunia dua tahun sebelumnya – yang ia akui di film dokumenternya, Ronaldo, bahwa ia seharusnya tidak bermain.
KESUKSESAN DI LEVEL INTERNASIONAL
Bahkan di tengah kebahagiaan Real Madrid di Milan, di mana ia mejadi penentu di adu penalti –dan merobek jerseynya sebagai perayaan seperti yang ia lakukan juga saat memastikan kemenangan di Lisbon menghadapi Atletico – tetap muncul kekhawatiran. Ia adalah imitasi buruk dari dirinya di hampir sepanjang pertandingan, layaknya seorang penumpang belaka dalam kesuksesan El Real. Jadi bisa dipahami jika ada orang-orang yang meragukan bagaimana kondisinya saat Piala Eropa dimulai.
Piala Dunia Brasil adalah penderitaan untuk Ronaldo dan para fansnya, di mana ia bertarung dengan keras menghadapi kondisi alaminya, tapi kali ini di Perancis, ada akhir yang bahagia. Semua ini berkat Fernando Santos, dengan pelatih berpengalaman Portugal ini mengerti bahwa kaptennya bukan lagi sebuah kekuatan yang meledak-ledak seperti beberapa tahun terakhir. Santos mengubah strategi menjadi 4-4-2 yang membuat Ronaldo lebih sedikit berlari, dan secara krusial memberikan dukungan dari Nani, rekannya sesama lulusan Sporting.
Tetap saja, tidak ada yang bisa menebak drama level tinggi yang muncul di laga final di Saint-Denis, di mana ia terpincang setelah dihantam Dimitri Payet dan – setelah mencoba untuk bermain dengan cedera – akhirnya terpaksa keluar lapangan dengan menangis. Perannya di final adalah sebagai pelatih yang meledak-ledak penuh semangat di pinggir lapangan, berteriak untuk Portugal hingga perpanjangan waktu. Ini menunjukkan sisi lain Ronaldo ke dunia, sesuatu yang sudah disadari oleh orang-orang di negaranya untuk waktu yang lama; yaitu bahwa di luar segala dandanan dan tampilan luarnya, hanya ada sedikit hal yang lebih penting baginya selalin bermain untuk – dan menang bersama – negaranya. Piala Eropa, seperti juga Liga Champions atau Ballon D’Or, adalah sebuah perwujudan mimpi yang sudah sejak lama dipendam.
MESIN GOL
Satu hal yang belum berubah tahun ini, tentu saja, adalah gol-golnya. Ronaldo terus, secara luar biasa mengingat masalah cedera yang muncul di hadapannya, bisa menciptakan rataan satu gol dalam satu pertandingan untuk klub dan negaranya, dan mudah untuk melihat mengapa Florentino Perez meletakkan rasa kepercayaan yang begitu besar masa depannya. Kapten Portugal ini lebih dari sekedar jimat untuk kesuksesan El Real.
Ia adalah garansi gol dan dengan kekuatan penyelesaian akhir yang ia miliki, kekuatannya, keberadaannya di kotak penalti dan – lebih penting lagi – pemahamannya bahwa ia telah menjadi seorang pemain yang lebih banyak bermain dalam kotak penalti, nyaris tidak ada hal yang menunjukkan bahwa ia tidak bisa melanjutkan penampilannya di level tertinggi untuk beberapa waktu ke depan, dan meninggalkan tanggung jawab yang terlalu berat di tahun-tahun sebelumnya. Dulu, Ronaldo ingin melakukan segalanya. Sekarang, ia tahu bahwa ia harus dilayani.
Sambil merayakan kontrak barunya di Palco de Honor yang penuh di Bernabeu pada November lalu, Ronaldo berbicara tentang kekagumannya pada Ballon d’Or. “Saya tidak terobsesi dengan hal ini,” tegasnya. “Jelas gelar ini penting, tapi bagi saya, kunci untuk meraih gelar individu adalah bekerja kolektif secara tim.” Dari sisi ini, ia tidak bisa melakukan hal yang lebih besar lagi tahun ini untuk memastikan statusnya sebagai legenda.

BRAVO SEPAKBOLA

TAUKAH ANDA, 11 ARTIS Yang Hampir MENJADI Pemain SEPAKBOLA Profesional

Seandainya Iko Uwais memilih sepakbola, jalan hidupnya mungkin akan sangat berbeda. Dan, tahukah kamu kalau pemeran James Bond yang legendaris juga pernah hampir menjadi pesepakbola? Tim Ellis dan Nanda Febriana memilih 11 nama selebritis yang pernah hampir menjadi pesepakbola sebelum terkenal sebagai artis...

1. Iko Uwais

Aktor laga Iko Uwais yang naik daun berkat aktingnya di film The Raid ini ternyata awalnya sempat berniat untuk menekuni dunia sepakbola. Menurut pengakuannya, ia sudah berlatih di sebuah sekolah sepakbola sejak usia 13 tahun dan pernah memperkuat klub Indonesia di Divisi Dua. 
"Dari tahun 1993 saya sudah masuk SSB Bina Taruna di Rawamangun. Sorenya latihan bola, malamnya latihan silat. Bukan sesuatu yang baru buat saya," papar suami penyanyi Audy Item itu.
Fokus Iko yang tidak total terhadap silat membuat sang paman, Haji Ahmad Gunawan, memperingatkannya. Sang paman yang juga merupakan pemilik dari padepokan tempat Iko berlatih tidak rela keponakannya menjadi pemain sepakbola.
"Dia (paman) bilang ‘berapa uang dari main bola?’. Saya jawab 50 ribu. Terus dia bilang, ‘saya ganti 50 ribu. Kamu main bola tidak akan ke mana-mana. Tapi kalau main silat, kamu bakal ke luar negeri dan pergi ke mana-mana," ungkap Iko menirukan nasihat sang paman.
Ya, nasihat sang paman itu ada benarnya mengingat Iko kini sudah membintangi beberapa film mancanegara setelah kesuksesan The Raid meski perannya dalam film-film tersebut tidak besar.

NYESEL KALAU GA BACA >>> Gareth BALE hanya ingin ke MU

2. JOHNNY MARR
Gitaris legendaris The Smiths ini diketahui merayakan kemenangan Manchester City sebagai juara liga bersama Noel Gallagher di stadion Etihad pada tahun 2015 dan bahkan memainkan beberapa bagian dari lagu How Soon Is Now saat pesta pembukaan Premier League pada 2014 ketika ia diperkenalkan di atas panggung oleh Dennis Tueart.

Tapi, ini bisa menjadi cerita yang berbeda jika trial-nya dengan The Sky Blues berhasil. Marr mengatakan: "Saya tidak menjalani sepakbola dengan cukup serius untuk melangkah ke tingkat berikutnya. Saya pernah menjalani trial dan turun ke lapangan mengenakan maskara. Setengah pemain dari tim lawan melihat maskara itu dan berpikir, 'Sebaiknya kita menjauh dari dia'. Setengah pemain lainnya hanya ingin menendang bola menjauh dari saya." 
3. Adjie Massaid 
Dari Tanah Air mendiang aktor Adjie Massaid menjadi satu dari sekian selebriti yang pernah mencicipi pendidikan sepakbola di masa mudanya namun beralih ke dunia hiburan. Adjie tak cuma dikenal sebagai seorang aktor film dan sinetron, di akhir hayatnya, pria kelahiran 7 Agustus 1967 ini berprofesi sebagai anggota DPR RI dari Fraksi Demokrat.
Setelah membintangi film karya Garin Nugroho berjudul Cinta dalam Sepotong Roti, nama pria keturunan Jawa, Madura, dan Belanda ini terus melejit di dunia hiburan. Pernikahannya dengan salah satu solois terbaik wanita Indonesia di era 90an, Reza Artamevia, semakin membuat nama Adjie terkenal di kalangan masyarakat Indonesia. 
Namun sebelum menginjakkan kakinya di panggung hiburan, Adjie diketahui pernah bergabung dengan akademi Ajax Amsterdam, klub sepakbola terkenal asal Belanda semasa remaja, ketika ia dan keluarganya tinggal di Negeri Kincir Angin tersebut. Sayangnya, Adjie memilih untuk tidak melanjutkan kariernya di atas lapangan hijau dan beralih ke panggung film.
Pupusnya mimpi menjadi pemain sepakbola tak membuat ayah tiga anak ini lepas perhatian terhadap olahraga yang paling digandrungi di muka bumi ini. Jabatan manajer timnas Indonesia U-23 pernah didudukinya. Ia juga kerap melampiaskan kerinduannya terhadap si kulit bundar dengan aktif bermain futsal bersama rekan sesama artis. Yang menyedihkan, kecintaannya terhadap olahraga ini tak menghindarkannya dari serangan jantung mendadak yang merenggut hidupnya usai bermain futsal pada 5 Februari 2011. Adjie Massaid meninggal di usia yang cukup muda, 44 tahun. 

4. Matt Smith


Minggu, 27 Agustus 2017

Si Nomor 7 di Manchester United

Angka tujuh di Manchester United bukan sembarang nomor, karena nomor punggung itu cenderung sakral hingga memunculkan istilah Seven Heaven yang beken di Old Trafford.

Sudah banyak yang mengenakannya di Man United dengan latar belakang yang berbeda-beda. Ada pemain yang sukses mengenakannya, ada juga yang dicap gagal mengemban ekspektasi pengguna nomor tersebut.

Nomor tujuh di Man United identik dengan pemain yang dapat menjadi pembeda bagi timnya, laiknya Lionel Messi di Barcelona dan Cristiano Ronaldo - yang juga pernah bermain di Man United dan mengenakan nomor tujuh - di Real Madrid.

Terakhir, nomor itu dikenakan oleh Memphis Depay yang baru-baru ini bergabung dengan Olympique Lyonnais, dan kini, nomor itu kembali tak bertuan.

Sembari menanti siapa penerus nomor tujuh berikutnya di Man United, SPT (sepakbolatrader.blogspot.com) coba mengulas 10 pemain Man United terakhir yang pernah mengenakan nomor tersebut. Siapa saja mereka?

1. Memphis Depay

Harapan yang sama diharapkan kepada Depay saat datang dari PSV Eindhoven pada 2015. Depay masih berusia muda dan punya potensi menjadi bintang masa depan, bahkan, ia bermain di posisi penyerang sayap seperti halnya Ronaldo.

Akan tetapi performa Depay tak kunjung berkembang selama satu setengah musim bersama Man United, baik itu di era Van Gaal atau kini Jose Mourinho. Klub pun menjualnya pada bursa transfer musim dingin Januari 2017 ke Lyon, dan nomor tujuh kembali tak bertuan.


2. Angel Di Maria
Pada 2014, fans berharap banyak ketika Man United memecahkan rekor transfer Inggris dan memboyong Angel di Maria dari Real Madrid. Penyerang sayap Argentina pun langsung diberikan nomor tujuh di era Louis van Gaal.
Akan tetapi seperti pengguna sebelumnya, Owen dan Valencia, Di Maria juga gagal mengembang tanggung jawab nomor tujuh dan hanya bertahan semusim sebelum akhirnya hengkang ke Paris Saint-Germain 

3. Antonio Valencia

Selepas kepergian Owen ke Stoke pada 2012, Antonio Valencia yang sudah bermain untuk Man United, mengubah nomornya dari 25 ke 7 pada musim 2012/13.

Namun nomor itu tak bertahan lama karena Valencia merasa terbebani mengenakan nomor tersebut, hingga di musim terakhir Ferguson itu, ia meminta kembali nomor 25 agar performanya membaik.

Tak pelak nomor tujuh hanya bertahan sebentar setelah sebelumnya dikenakan Beckham dan Ronaldo. Owen dan Valencia tak bertahan lama mengenakannya.

4. Michael Owen

Ferguson boleh jadi berharap memberi Owen nomor tujuh dapat mengembalikan kepercayaan diri dan ketajamannya, seperti saat membela Liverpool di masa lalu. Apalagi kariernya dinilai sudah berakhir, ketika banyak menghabiskan waktu sebagai pemain cadangan di Madrid (2004/05).

Man United memboyong Owen dari Newcastle United pada 2009 dan Ferguson sangat berhati-hati memainkannya. Sebab, Owen punya rekor cedera kambuhan yang bisa muncul sewaktu-waktu.

Alhasil, Owen lebih banyak turun dari bangku cadangan dan nomor tujuh yang dikenakannya jarang terlihat. Momen terbaiknya terjadi di laga Derby Manchester kontra Manchester City, kala ia mencetak gol penentu kemenangan di penghujung laga dan membawa tim menang 4-3. 

5. Cristiano Ronaldo

Pengguna nomor tujuh setelah Beckham pun tak kalah baiknya. Sir Alex Ferguson langsung memberikan nomor keramat itu kepada Cristiano Ronaldo, saat ia tiba dari Sporting Lisbon pada 2003.

Ronaldo, bisa disebut sebagai salah satu pengguna nomor tujuh terbaik Man United, karena ia dapat menciptakan perbedaan saat bermain.

Puncaknya terjadi pada musim 2007/08, kala Man United meraih double winners trofi Champions League dan Premier League. Di musim itu juga Ronaldo jadi top skor tim dan meraih Ballon d'Or pertamanya.

Kepergiannya pada 2009 ke Real Madrid menyisakan kesedihan bagi fans, karena sulit menemukan pengguna nomor tujuh terbaik selain dirinya.

6. David Beckham

Ikon dan legenda Man United yang merupakan alumni beken akademi 1992. Beckham tembus ke tim utama bersama Nicky Butt, Gary Neville, Phil Neville, dan Paul Scholes, ia mengenakan nomor punggung 10 pada awalnya.

Namun, ketika Teddy Sheringham datang, ia mengambil nomor tersebut hingga Beckham mengenakan nomor tujuh - nomor yang sudah lama diinginkannya. Meneruskan nomor tujuh yang pernah dikenakan Best, Robson, dan Cantona, Beckham pun merasa terhomat menggunakannya.

Bermain di posisi tengah, gelandang tengah hingga sayap, Beckham dikenal dengan umpan silang, lambung, hingga tendangan bebas yang akurat. 13 trofi diraihnya di Man United, sebelum akhirnya ia hengkang ke Real Madrid pada 2003.

7. Eric Cantona

Sedianya setelah Robson berganti nomor punggung menjadi 12, nomor tujuh silih berganti cepat diisi Peter Davenport, Russell Beardsmore, Clayton Blackmore, Neil Webb, dan Andrei Kanchelskis, namun semua berubah ketika Eric Cantona datang pada 1992.

King Eric, itulah julukan yang disematkan kepada legenda Man United. Cantona pada awalnya mengenakan nomor 10 dan 11, namun saat musim 1993/94 dimulai, Cantona diberikan nomor 7 dan Robson mengenakan nomor 12.

Robson pun tidak keberatan memberikan nomor tersebut karena ia mengakui kualitas Cantona, dan Robson sadar masa-masanya di Man United telah berakhir.

"Saya tidak keberatan kehilangan nomor 7 ke Eric. Saya tahu saya akan lebih banyak digunakan sebagai pemain pengganti pada musim 1993/94, dan Eric telah menunjukkan nilainya untuk klub ini," papar Robson.

Cantona mengenakan nomor itu hingga pensiun pada 1997 dan telah meraih sembilan trofi bersama Man United. Posisinya pun berbeda dari kebanyakan pengguna nomor tujuh lainnya, karena ia dapat berposisi sebagai gelandang serang hingga penyerang kedua.

8. Bryan Robson

Mantan pelatih Timnas Thailand merupakan salah satu pengguna nomor tujuh yang cukup populer di Old Trafford. Sebab, ia tidak mendapatkan nomor itu, melainkan memintanya langsung kepada Coppell.

Robson meminta nomor itu karena menyebutnya angka yang memberinya keuntungan, saat ia masih membela West Bromwich Albion (WBA) pada 1974-1981.

"Di West Brom, terutamanya selama dalam manajemen Johnny Giles, saya bermain di banyak posisi dan punya banyak nomor yang dikenakan, kemudian performa saya membaik ketika saya mengenakan nomor tujuh dan saya menganggapnya sebagai angka keberuntungan," tutur Robson.

"Jadi, ketika saya bergabung dengan United, saya meminta jika tidak ada yang keberatan mengenakan nomor saya. Steve Coppell, yang biasanya mengenakan nomor itu, tidak bermain melawan Man City dan tidak keberatan dengan keinginan saya. Tidak ada yang keberatan, jadi, nomor 7 milik saya," paparnya.

Ucapan Robson pun tak hanya sekedar ucapan kosong, karena ia meraih sembilan trofi selama bermain untuk Man United.

9. Steve Coppell

Hanya dua klub yang pernah dibelanya saat aktif bermain, Tranmere Rovers dan Man United, sebelum akhirnya pensiun karena cedera parah pada lutut kakinya. Coppell membela Man United pada kurun waktu 1975 hingga 1983.

Coppell bukan salah satu pengguna angkat tujuh yang sukses mengenakannya, dan ia hanya mengenakannya hingga 1981, karena nomornya diminta oleh penerus berikutnya, Bryan Robson.

Pemain kelahiran Liverpool sedianya punya kecepatan dan kinerja yang tinggi untuk bertahan serta menyerang. Namun Coppell bukan tipe pemain yang dapat mengubah hasil akhir pertandingan.


10. George Best

Salah satu pengguna nomor 7 terbaik di Man United dan salah satu legenda klub, yang bermain untuk klub pada periode 1963-1974. Best merupakan salah satu pahlawan Man United saat membantu klub juara liga pada 1965.
Patungnya bersama Sir Bobby Charlton dan Denis Law diabadikan klub di depan Stadion Old Trafford. Meski lebih banyak dikenal mengenakan nomor 11 saat masih bermain dahulu, masa-masa terbaik Best muncul saat ia mengenakan nomor 7. Tak pelak ia menetapkan standar yang tinggi dengan nomor tersebut.

sampai jumpa Guys, salam Olahraga

Jumat, 25 Agustus 2017

Siapa Layak Jadi Juara Liga Champions 2017-2018

Liga Champions 2017-2018 memasuki fase grup

Real Madrid menjadi unggulan utama pada Liga Champions 2017-2018 versi beberapa media massa dan rumah prediksi di Eropa. Status tersebut berlatar raihan juara musim lalu, komposisi pemain dan kemampuan Pelatih Real Madrid, Zinedine Zidane.



Selain Real Madrid, hampir seluruh tim raksasa berstatus unggulan. El Real mendapat saingan dari PSG, Manchester United, Bayern Munchen, Chelsea, Juventus, Liverpool dan Barcelona.
Liga Champions 2017-2018 sudah memasuki fase grup. Sebanyak 32 tim akan berjibaku demi mendapatkan 16 tempat di level 16 Besar. Manchester United berada di Grup A bersama Benfica, Basel dan CSKA Moskow.
Grup B berisi Bayern Munchen, PSG, Anderlecht dan Celtic. Sementara Chelsea ada di Grup C bareng Atlético Madrid, AS Roma dan Qarabag. Grup D terdiri atas Juventus, Barcelona, Olympiakos dan Sporting CP.

Liga Champions 2017-2018 memasuki fase grup. Babak ini menjadi awal dari persaingan lebih ketat menuju tangga juara. Real Madrid berada di posisi teratas daftar unggulan, meski bukan jaminan mereka bisa mempertahankan gelar juara. Beberapa tim raksasa bakal menjadi ancaman, termasuk kembalinya trio Inggris, yakni Manchester United, Liverpool dan Chelsea. Selain itu, Real Madrid masih memiliki musuh 'tradisional' seperti Barcelona dan Juventus. Siapakah yang layak menjadi juara musim 2017-2018, Sahabat Bola bisa mengikuti polling yang kami selenggarakan.

Laman